Kita harus menjadi manusia yang kaya, kaya dalam kalimat ini bukan berarti memiliki uang bermiliar miliaran atau memiliki mobil 10 buah, melainkan kaya dalam hati kita, yaitu rasa cukup. Ketika kita bisa merasa cukup atau puas, semiskin miskin apapun kita, kita tetap akan meras senang dan bahagia.
Orang yang merasa cukup atas apa yang ada, bukanlah
orang yang sudah berkecukupan secara berlebihan, tapi adalah orang yang
pandai bersyukur dan selalu bersyukur atas apa yang sudah diberikan-Nya,
sehingga tidak pernah merasa kekurangan sedikit pun. Bahkan sebaliknya,
ada yang sudah lebih dari berkecukupan, tapi selalu merasa kekurangan,
sehingga tidak pernah ada merasa puas terhadap apa yang sudah
diberikan-Nya.
Ada digolongan yang manakah kita ? Apakah kita termasuk orang yang
senantiasa bersyukur, dan selalu merasa cukup atas pemberian-Nya, atau
kita merupakan bagian dari orang yang senantiasa merasa miskin sekali
pun sudah berkecukupan, sehingga tidak pernah ada puasnya, senantiasa
menuruti hawa nafsu untuk mencapai kesenangan semu.
Ada falsafah yang pernah diajarkan oleh H.Oemar Said Tjokroaminoto, yang berkaitan dengan pengendalian nafsu keserakahan yaitu, “Berhentilah Makan sebelum Kenyang.” Falsafah
ini mengajarkan agar tidak makan secara berlebihan, mampu mengendalikan
keinginan keinginan dan senantiasa merasa cukup.
Ada banyak contoh lain dalam kehidupan, ada keluarga yang hidupnya
sangat sederhana tidak berlebihan, merasa cukup dengan apa yang sudah
dimiliki, sehingga dalam sehari-harinya tidak pernah memiliki ambisi
yang lebih untuk meraih apa yang dia rasa tidak penting dia dapatkan.
Kehidupan seperti itulah yang memang dia cita-citakan, aman, tentram dan
damai.
Sebaliknya, ada keluarga yang Gerangsang (tidak pernah merasa cukup),
hidupnya dikuasai berbagai hawa nafsu, termasuklah nafsu keserakahan.
Yang seperti inilah yang sangat menonjol sekarang ini, hidup sudah
berlebihan dengan harta kekayaan, namun selalu merasa tidak pernah
cukup, sehingga berbagai cara diupayakan untuk menumpuk harta dan
kekayaan, yang pada akhirnya menjerumuskannya pada perbuatan yang
melanggar hukum.
Merasa cukup bukanlah berpasrah diri terhadap keadaan, sehingga tidak
ada daya upaya sama sekali. Merasa cukup adalah manifestasi dari rasa
syukur atas apa yang sudah dimiliki, tanpa ada keinginan untuk hidup
secara berlebih-lebihan, kalau pun ditakdirkan hidup berlebih, maka
kelebihan tersebut dimanfaatkannya untuk senantiasa berbagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar